[Kartasura, 12 September 2025] - Perasaan bahagia dan penuh semangat sangat terpancar dari raut wajah anak-anak ketika mengikuti kegiatan Safari Berkisah yang diselenggarakan oleh SD Negeri Kartasura 06 sebagai pembiasaan Jumat pagi memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Kegiatan ini dimeriahkan bersama Yayasan Yatim Mandiri yang membawakan dongeng inspiratif bersama pendongeng handal serta boneka lucu bernama Ucil sebagai alat peraga supaya kegiatan semakin seru dan menarik perhatian anak-anak.
Kegiatan ini mengusung cerita inspiratif mengenai Birrul Walidain atau pentingnya berbakti kepada orang tua. Kegiatan ini tentunya memiliki sebuah tujuan berupa menanamkan nilai-nilai berakhlak mulia kepada anak-anak melalui dongeng interaktif yang menginspirasi. Kegiatan ini menjadi bukti bahwa penyampaian sebuah materi tidak harus melalui kegiatan yang kaku dan juga formal, namun juga dapat melalui cara yang paling dekat dengan dunia anak-anak yaitu melalui kegiatan bermain dan bercerita.
Sejak awal kehadiran Kak Ihsan selaku pendongeng sudah sangat menarik perhatian anak-anak. Kak Ihsan langsung menunjukkan kepiawaian dalam bercerita dan mengelola audiens. Dengan melalui ekspresi dan pendalaman karakter Kak Ihsan dapat mengambil hati anak-anak yang awalnya sudah mulai terbagi kefokusannya. Dengan sapaan hangat dan senyum ramah, ia memperkenalkan Ucil. Seketika, karakter Ucil yang jenaka dengan suaranya yang khas berhasil mencuri hati seluruh siswa.
"Cil, lihat deh teman-teman kita di SDN Kartasura 06 semangat sekali hari ini!" sapa Kak Ikhsan.
"Iya, dong, Kak! Tapi aku mau tanya, di sini ada yang tadi pagi pamit sama orang tua sebelum berangkat sekolah?" sahut Ucil dengan suaranya yang cempreng.
Sontak, hampir seluruh siswa mengangkat tangan mereka dengan antusias. Suasana menjadi riuh rendah dengan jawaban serempak, "Sayaaa!" Interaksi ini menjadi jembatan yang sempurna bagi Kak Ihsan untuk masuk ke dalam inti cerita. Melihat antusiasme siswa, Kak Ihsan tersenyum puas. “Wah, hebat sekali! Berarti kalian semua sudah menunjukkan sikap berbakti dengan cara sederhana, yaitu berpamitan sebelum berangkat sekolah,” ujarnya sambil menatap ke arah anak-anak.
Dari momen itu, Kak Ihsan mulai menuturkan kisah tentang pentingnya Birrul Walidain. Ia bercerita mengenai seorang anak yang awalnya menganggap bantuan kecil untuk orang tua bukanlah hal penting. Namun, setelah menyaksikan betapa lelahnya sang ibu dan ayah bekerja untuk keluarga, anak itu akhirnya sadar bahwa sekecil apa pun kebaikan yang ia lakukan, seperti menyapa, membantu, atau sekadar mendoakan, sangat berarti bagi orang tua.
Ia menjelaskan bahwa semua yang dilakukan orang tua, terutama ibu, bukanlah sekadar tugas, melainkan wujud cinta tanpa batas. Ia kemudian mengutip hadis mulia dari Nabi Muhammad SAW, ketika seorang sahabat bertanya kepada siapa ia harus berbakti.
"Nabi kita, Rasulullah SAW, menjawab: 'Ibumu'. Sahabat itu bertanya lagi, 'Lalu siapa?' Nabi menjawab lagi, 'Ibumu'. Hingga tiga kali Nabi menyebut 'Ibumu', baru yang keempat adalah 'Ayahmu'," tutur Kak Ihsan dengan nada yang lebih dalam dan penuh perasaan.
Anak-anak pun terdiam sejenak,
mendengarkan dengan seksama. Suasana yang sebelumnya ramai berubah menjadi
hening penuh makna. Beberapa siswa tampak mengangguk-angguk, seolah membenarkan
betapa besar kasih sayang orang tua yang harus selalu dihormati dan dibalas
dengan kebaikan.
Melihat respon anak-anak yang begitu
khusyuk, Kak Ihsan kemudian melanjutkan pesannya, “Jadi, kalau kalian ingin
menjadi anak yang shalih dan shalihah, jangan pernah lelah berbuat baik kepada
orang tua. Ucapkan terima kasih, bantu pekerjaan rumah, dan jangan lupa selalu
doakan ayah ibu setiap selesai shalat.”
Ucil pun menimpali dengan suaranya
yang khas, “Betuuul banget! Aku juga sekarang jadi pengen pulang, terus
langsung peluk ibu sama ayah. Kalau kalian gimana, teman-teman?” tanyanya
sambil mengedipkan matanya yang jenaka.
Momen penuh makna itu menutup cerita dengan kesan mendalam. Bukan hanya sekadar mendengar dongeng, tetapi anak-anak benar-benar diajak merasakan betapa pentingnya kasih sayang orang tua dan bagaimana cara sederhana membalasnya. Nilai berbakti kepada orang tua pun menjadi lebih mudah dipahami karena disampaikan dengan cara yang hangat, menyenangkan, dan sesuai dengan dunia anak-anak.
Sebagai penutup, Kak Ihsan mengajak seluruh siswa untuk menundukkan kepala dan bersama-sama memanjatkan doa singkat bagi orang tua. Dengan suara lembut ia memandu, “Allahummaghfir li wa liwaalidayya warhamhuma kamaa rabbayani shaghira.” Anak-anak pun mengikuti dengan khidmat, suara mereka bergema memenuhi koridor sekolah.
Doa sederhana itu menjadi momen haru yang menyatukan hati seluruh siswa, guru, dan pendongeng. Terlihat beberapa guru tersenyum bangga menyaksikan siswanya begitu antusias meneladani akhlak mulia yang diajarkan Rasulullah SAW.
Kegiatan Safari Berkisah pun resmi ditutup dengan penuh suka cita. Anak-anak melanjutkan belajar bukan hanya dengan keceriaan, tetapi juga pesan berharga untuk lebih menghargai, menyayangi, dan berbakti kepada kedua orang tua. Harapannya, nilai-nilai kebaikan ini akan terus melekat dalam keseharian siswa SDN Kartasura 06, sehingga terbentuk generasi yang berakhlak mulia, berbakti kepada orang tua, serta meneladani ajaran Nabi Muhammad SAW. [Najwa-PLP UNS 2025]











.png)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar